Bapak Adhi Wisnu S., M.Pd. memaparkan tiga tahap pembelajaran: MPLS, klimatisasi asrama selama 2–3 bulan, dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang mengacu pada kurikulum nasional dengan pengayaan pembelajaran terpersonalisasi dan penguatan life skills. Fokus awal pada disiplin keasraman dan literasi—khususnya reading comprehension melalui resensi buku terkurasi—dirancang untuk membangun motivasi, empati, dan kebiasaan belajar yang berkelanjutan.
SR mengadopsi sistem digital dari Madrasah Al Hikmah Surabaya, dengan LMS yang memungkinkan siswa memilih level kemampuan, sementara guru menyusun modul terstruktur untuk belajar mandiri terkoordinasi. Model “multi entry, multi exit” dari sistem SSA memberi fleksibilitas masuk-keluar serta ragam capaian akhir. Karena intake tidak diseleksi, kualitas outcome diupayakan melalui keunggulan sistem dan ekosistem, sesuai arahan Pak Menteri agar SR menjadi sekolah unggulan tanpa bergantung pada input unggul.
Temuan lapangan dari kunjungan Irjen Kemensos dan pemeriksaan kesehatan gratis menunjukkan banyak siswa tidak memiliki cita-cita karena inferioritas psikologis dan tekanan ekonomi. Pertanyaan sederhana “cita-cita kamu apa?” memunculkan jeda panjang yang diinterpretasikan sebagai ketiadaan mimpi. SR merespons dengan membangun motivasi sebagai fondasi kurikulum terpersonalisasi. Selain itu, bukti “mutiara terpendam”—hafidz Quran, bakat estetika, kemampuan matematika—mendorong strategi identifikasi potensi individual melalui asesmen kehadiran langsung dan screening tugas literasi.
Guru SR adalah lulusan PPG Prajabatan berprestasi, dengan latar atletik, pengajar olimpiade, dan pengalaman sekolah internasional. Intervensi kesejahteraan bersifat ekosistemik: penataan kehidupan asrama, kecukupan gizi (tiga kali konsumsi bergizi), dan akses pendidikan bermutu, sebagai jawaban atas hipotesis kemiskinan terkait ketidakteraturan hidup, kekurangan gizi, dan keterbatasan pendidikan. Proyeksi dampak diukur pada horizon 3–4 tahun melalui kualitas lulusan, dengan mimpi besar agar lulusan SR mampu mencapai perguruan tinggi kelas dunia, setara dengan lulusan sekolah unggulan yang berinput selektif.
Untuk transisi pasca-sekolah, SR menyiapkan jalur akademik melalui kerja sama dengan universitas dan jalur kerja melalui BUMN bagi siswa yang tidak melanjutkan studi. Life skills diperkaya dengan tema urban farming berbasis ruang terbuka hijau, menekankan pertanian cerdas (intensifikasi, pemanfaatan lahan) guna mengubah mindset dan meningkatkan kemandirian siswa, mengingat banyak yang berasal dari desa. Secara normatif, SR memosisikan diri sebagai instrumen pengentasan kemiskinan yang mengintegrasikan pendidikan, nutrisi, dan penataan perilaku, dengan indikator keberhasilan berupa daya guna lulusan, kemampuan mensupport keluarga, serta peran dalam memutus rantai kemiskinan. Kesimpulan wawancara menekankan komitmen adaptif—jika hasil awal kurang baik, formulasi sistem akan diubah—serta keyakinan bahwa niat baik dan proses yang tepat dapat mengubah trajektori hidup siswa menuju “All Indonesian Dream.”