Sebuah kunjungan dilakukan Agita Nurfianti selaku Senator Jawa Barat untuk meninjau operasional dapur SPPG Bojong Koneng Kabupaten Bogor yang menyediakan makanan untuk sekolah dan masyarakat. Dapur ini tercatat memproduksi sebanyak 3.149 porsi makanan setiap harinya. Makanan tersebut didistribusikan ke 17 titik yang berbeda, mencakup berbagai jenjang pendidikan mulai dari TK, PAUD, hingga SD. Selain siswa sekolah, program ini juga menyasar ibu hamil dan menyusui melalui Pusat Kesehatan Masyarakat dan Posyandu. Untuk distribusi ke Posyandu, makanan akan diantar ke lokasi pusat, kemudian para ibu akan datang untuk mengambilnya. Sementara itu, pengantaran ke sekolah dilakukan oleh tim dari SPPG Bojong Koneng Kabupaten Bogor yang. Jarak antar sekolah yang dilayani bervariasi, dengan beberapa lokasi yang cukup jauh.
- SPPG Bojong Koneng Kabupaten Bogor yang memproduksi 3.149 porsi makanan setiap hari untuk didistribusikan.
- Terdapat 17 lokasi penerima, yang terdiri dari sekolah-sekolah (TK, PAUD, SD) dan Posyandu.
- Penerima manfaat program ini tidak hanya siswa, tetapi juga ibu hamil dan menyusui.
- Makanan diantar langsung ke sekolah oleh tim, sedangkan untuk Posyandu, makanan di-drop di satu titik untuk diambil oleh para ibu.
Menu Makanan dan Umpan Balik Siswa
Menu makanan diganti setiap hari dan dirancang agar tidak ada pengulangan dalam siklus 20 hari.
Meskipun demikian, ada beberapa tantangan terkait preferensi anak-anak. Salah satu temuan utama adalah banyak siswa yang masih sulit untuk makan sayur.
Selain itu, ada juga siswa yang tidak menyukai ikan dan akan muntah jika dipaksa memakannya. Agita Nurfianti menyarankan agar kasus seperti ini dilaporkan secara resmi dengan mencatat nama siswa, sehingga SPPG Bojong Koneng dapat menyediakan menu alternatif.
Hal ini untuk membedakan antara ketidaksukaan biasa dengan kondisi fisik yang memang tidak bisa menerima jenis makanan tertentu.
Terdapat pula kasus spesifik seorang siswa kelas 4 yang menolak makan nasi setiap hari.
Orang tuanya menyarankan untuk membiarkannya, namun Agita berpendapat bahwa anak tersebut sebaiknya tetap diberi makanan pengganti yang ia sukai, seperti kentang atau burger, agar tidak kelaparan selama jam pelajaran.
Agita Nurfianti menekankan pentingnya pendataan alergi atau preferensi makanan di awal program, seperti yang sudah diterapkan di SMA 23 Kota Bandung, untuk mencegah siswa menolak makanan yang diberikan.
Di sisi lain, kasus yang terjadi di SMK 8 Kota Bandung, Siswa laki-laki justru memiliki nafsu makan yang sangat besar, bahkan porsi yang sudah ditambah dengan mengalihkan jatah dari Siswi Perempuan SMK 8 terkadang masih terasa kurang.
- Menu diganti setiap hari tanpa pengulangan selama 20 hari.
- Banyak siswa yang terpantau tidak suka dan sulit makan sayur.
- Ada siswa yang dilaporkan muntah jika makan ikan, sehingga disarankan untuk dicatat dan diganti menunya.
- Terdapat kasus seorang siswa yang secara konsisten menolak makan nasi.
- Disarankan agar anak tersebut diberi makanan pengganti seperti kentang untuk memastikan ia tetap makan.
- Pendataan alergi dan preferensi makanan di awal program dianggap krusial untuk menyesuaikan menu bagi setiap anak.
- Terdapat perbedaan nafsu makan yang signifikan antar sekolah, di mana siswa SMK Laki-laki membutuhkan porsi yang lebih besar.
Tantangan Logistik dan Persiapan Dapur
Proses persiapan makanan di dapur SPPG Bojong Koneng dimulai jauh sebelum didistribusikan.
Tim persiapan mulai bekerja pada sore hari sekitar jam 4 sore untuk menyiapkan bahan-bahan seperti memotong sayur. Proses memasak dalam jumlah besar baru dimulai pada pukul 2 pagi.
Jadwal yang ketat ini membuat dapur menghadapi tantangan jika ada perubahan menu yang mendadak.
Sebagai contoh, ada pemberitahuan mendadak mengenai “menu nasional” berupa nasi goreng untuk merayakan ulang tahun Presiden Prabowo. Pemberitahuan ini datang pada Rabu malam, padahal pihak dapur sudah memesan bahan-bahan untuk menu yang seharusnya disajikan, yaitu burger. Idealnya, pemberitahuan perubahan menu harus dilakukan dua hari sebelumnya.
Akibatnya, pihak dapur harus bernegosiasi dengan pemasok. Meskipun pesanan sayur-sayuran bisa dibatalkan, bahan lain yang sudah terlanjur dibeli tidak bisa dikembalikan, sehingga perlu ada penyesuaian menu di hari lain untuk menggunakan bahan tersebut.
- Persiapan bahan makanan dimulai sehari sebelumnya pada jam 4 sore, dan proses memasak dimulai pada jam 2 pagi.
- Dapur memerlukan pemberitahuan minimal dua hari sebelumnya untuk setiap perubahan menu.
- Dapur menghadapi kesulitan saat ada perubahan menu mendadak, seperti saat menu nasi goreng nasional diumumkan satu hari sebelum pelaksanaan.
- Perubahan mendadak ini menyebabkan bahan yang sudah dipesan dari pemasok tidak dapat sepenuhnya dibatalkan, sehingga memerlukan penyesuaian pada jadwal menu berikutnya.
Aspek Kebersihan dan Keamanan Pangan
Kunjungan ini juga menyoroti pentingnya kebersihan saat siswa menyantap makanan.
Timbul kekhawatiran bahwa siswa mungkin lupa atau tidak mencuci tangan dengan benar sebelum makan, terutama karena beberapa dari mereka makan di lapangan yang berdebu.
Penggunaan sendok dianggap sebagai solusi penting untuk menjaga kebersihan, dan disarankan agar siswa diwajibkan membawanya.
Asisten lapangan diharapkan dapat mengingatkan sekolah mengenai hal ini.
Dari sisi dapur, kebersihan peralatan menjadi prioritas utama.
Dapur memiliki prosedur pencucian yang sangat ketat untuk wadah makanan (ompreng).
Prosesnya meliputi pencucian dengan sabun, pembilasan, perendaman dalam air panas, pencucian sekali lagi, dan pembilasan akhir sebelum dikeringkan menggunakan lap bersih.
Langkah-langkah ini diambil untuk memastikan semua peralatan steril dan aman digunakan, serta untuk mengantisipasi potensi masalah kesehatan yang bisa saja bersumber dari cara makan siswa, bukan dari proses memasak.
- Terdapat kekhawatiran mengenai kebersihan siswa saat makan, seperti potensi tidak mencuci tangan, terutama saat makan di area terbuka yang berdebu.
- Penggunaan sendok ditekankan sebagai hal yang wajib untuk menjaga higienitas.
- Pihak SPPG diharapkan dapat terus memberikan informasi dan pengingat kepada sekolah dan siswa mengenai pentingnya kebersihan.
- Dapur menerapkan prosedur pencucian peralatan yang ketat dalam beberapa tahap.
- Peralatan dicuci dengan sabun, dibilas, direndam air panas, dicuci lagi, dan dibilas kembali untuk memastikan sterilisasi.
Tur Dapur dan Operasional
Selama tur, Perwakilan dapur SPPG Bojong Koneng menjelaskan tata letak dan alur kerja di fasilitas tersebut.
Dapur ini merupakan dapur pertama yang dibangun, dan pengalamannya menjadi bahan evaluasi untuk pembangunan dapur-dapur berikutnya.
Fasilitas ini memiliki ruang-ruang terpisah yang jelas untuk setiap tahap: ruang persiapan bahan mentah, ruang masak, ruang pendinginan, dan ruang pengemasan.
Tim persiapan, yang bertugas memotong sayur dan menyiapkan bahan lain, bekerja dari jam 4 sore hingga 12 malam.
Dapur ini mempekerjakan total 50 orang, termasuk 9 juru masak, yang sebagian besar merupakan warga lokal dari sekitar lokasi dapur.
Untuk memasak, tersedia 4 unit kompor besar. Setelah matang, makanan didinginkan dengan bantuan kipas angin (blower) sebelum dikemas.
Setelah semua siap, makanan didistribusikan menggunakan dua unit mobil. Proses pencucian peralatan dilakukan di area depan, yang dilengkapi dengan fasilitas air panas.
- Dapur ini merupakan dapur percontohan dengan tata letak yang terorganisir, memisahkan area persiapan, memasak, pendinginan, dan pengemasan.
- Total tenaga kerja di dapur ini berjumlah 50 orang, dengan 9 orang di antaranya adalah juru masak. Sebagian besar pekerja adalah warga lokal.
- Fasilitas dapur dilengkapi dengan 4 unit kompor dan kipas blower untuk proses pendinginan makanan.
- Distribusi makanan ke 17 lokasi dilakukan dengan menggunakan dua mobil.
Persepsi Publik dan Saran Komunikasi
Di akhir kunjungan, Agita Nurfianti memberikan saran penting terkait komunikasi dan citra publik.
Disadari bahwa berita negatif, seperti kasus keracunan makanan di dapur lain, cenderung menyebar lebih cepat dan menjadi lebih viral daripada berita positif tentang dapur-dapur yang beroperasi dengan baik dan higienis. Padahal, jumlah dapur yang aman jauh lebih banyak daripada yang bermasalah.
Untuk melawan narasi negatif tersebut, pengunjung menyarankan agar SPPG Bojongkoneng ini lebih proaktif dalam mempromosikan kegiatannya.
Disarankan untuk membuat dan mengelola media sosial sendiri, seperti akun Instagram atau situs web, untuk secara rutin mengunggah konten yang menunjukkan proses kerja mereka.
Dengan memperlihatkan proses memasak yang bersih, profesional, dan higienis, diharapkan dapat membangun kepercayaan publik, terutama para orang tua, dan mengurangi kekhawatiran mereka terhadap program makanan sekolah.
- Berita negatif seperti keracunan makanan dinilai lebih mudah viral dibandingkan berita positif mengenai dapur yang dikelola dengan baik.
- SPPG Bojongkoneng disarankan untuk lebih aktif dalam komunikasi publik guna membangun citra positif.
- Saran yang diberikan adalah membuat media sosial (misalnya Instagram) untuk membagikan konten tentang proses memasak yang higienis dan profesional.
- Tujuannya adalah untuk memberikan transparansi, membangun kepercayaan orang tua, dan memastikan bahwa informasi positif juga tersebar luas.