Aspirasi dari Posyandu Kenanga, Kunjungan Anggota Komite III DPD RI Agita Nurfianti, dalam rangka kegiatan Reses untuk Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pada 12 Desember 2024, Anggota DPD RI Jawa Barat, Agita Nurfianti, S.Psi, melaksanakan kunjungan reses ke Posyandu Kenanga yang terletak di RW 12 Hantap, Kelurahan Babakan Surabaya, Kecamatan Kiara Condong, Kota Bandung. Kunjungan ini bertujuan untuk mendengar dan menyerap aspirasi dari pengurus Posyandu, kader, serta warga masyarakat setempat.
Kendala Pelayanan Kesehatan Balita Disabilitas
Salah satu isu utama yang disampaikan oleh Ketua Posyandu adalah kebutuhan pengobatan dan pendampingan untuk seorang balita laki-laki penyandang Down Syndrome yang juga mengidap penyakit jantung. Orang tua balita ini merasa kesulitan dalam proses pengobatan melalui BPJS, yang sering dianggap rumit dan memerlukan rujukan berulang kali. Transportasi ke rumah sakit rujukan (RSHS) juga menjadi kendala karena jaraknya yang jauh dan biayanya yang memberatkan.
Tanggapan Agita:
Agita menjelaskan bahwa prosedur BPJS memang memerlukan alur tertentu, mulai dari kunjungan ke dokter umum hingga rujukan ke spesialis. Meskipun terlihat rumit pada awalnya, jika dijalankan dengan benar, proses ini akan lebih terstruktur di masa depan. Ia meminta Ketua Posyandu membantu menjelaskan prosedur ini kepada keluarga pasien agar tetap dapat mengakses layanan kesehatan.
Kekurangan Fasilitas di Posyandu
Sejumlah kader Posyandu juga menyampaikan beberapa kendala utama, seperti:
1.Kader BKB (Bina Keluarga Balita): Minimnya sarana bermain untuk balita, di mana mainan yang ada sudah usang dan tidak layak pakai.
2.Posyandu Lansia: Tidak tersedia alat pengukur tekanan darah untuk pemeriksaan rutin, yang menjadi kebutuhan utama saat petugas kesehatan tidak hadir.
3.Posyandu Remaja: Baru berjalan tanpa fasilitas memadai, seperti seragam, buku administrasi, dan meja.
Tanggapan Agita:
Agita menyoroti pentingnya sarana bermain untuk anak-anak dalam program BKB karena berkontribusi pada pengembangan motorik mereka. Ia juga menyarankan pengadaan alat pengukur tekanan darah untuk Lansia agar pemeriksaan kesehatan tetap berjalan meskipun petugas tidak hadir.
Tantangan dalam Pelaksanaan Program PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
Program PMT di Posyandu Kenanga menghadapi keterbatasan dana, yang berdampak pada variasi dan kualitas menu makanan tambahan untuk balita. Saat ini, PMT belum menjangkau Lansia karena tidak ada dana khusus.
Tanggapan Agita:
Agita menyatakan bahwa masalah pendanaan PMT adalah isu umum di banyak Posyandu dan sudah disampaikan ke Kementerian Kesehatan. Namun, tindak lanjut masih diperlukan. Ia berjanji untuk terus memperjuangkan alokasi dana yang memadai agar kualitas PMT dapat meningkat.
Masalah Lainnya: Tempat dan Pelaporan
•Tempat: Lokasi Posyandu yang sempit memaksa kegiatan dilakukan di jalan, sehingga jalan harus ditutup saat kegiatan berlangsung.
•Pelaporan: Kader menggunakan HP pribadi untuk dokumentasi dan pelaporan, tetapi sering kali memori penuh, menyebabkan foto kegiatan terhapus sebelum laporan selesai.
Tanggapan Agita:
Agita menegaskan pentingnya menjaga dokumentasi hingga laporan selesai. Ia juga menyarankan penggunaan perangkat yang lebih memadai untuk mendukung pelaporan kegiatan Posyandu.
Upaya Meningkatkan Posyandu Remaja dan Lansia
Posyandu Remaja di wilayah ini baru mulai dirintis dengan rencana sosialisasi pada 2025. Namun, kegiatan masih terbatas karena keterbatasan waktu remaja yang bersekolah atau bekerja. Sementara itu, Posyandu Lansia sempat memiliki kegiatan senam, tetapi terhenti karena tempatnya ditembok untuk kepentingan lain.
Tanggapan Agita:
Agita mendorong remaja yang terlibat di Posyandu agar lebih kreatif dan inovatif, seperti mengadakan kegiatan senam bersama yang bermanfaat bagi Lansia. Ia juga mengajak Karang Taruna untuk lebih aktif dalam pembinaan Posyandu Remaja.
Harapan dan Tindak Lanjut
Agita Nurfianti berkomitmen untuk menyampaikan semua aspirasi ini kepada pemerintah pusat, khususnya kepada Kementerian Kesehatan. Ia berharap berbagai kendala yang ada dapat segera diatasi, sehingga Posyandu dapat berfungsi optimal sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat.
Kunjungan ini tidak hanya menjadi ajang mendengar aspirasi, tetapi juga mencerminkan perhatian Agita Nurfianti terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya bagi balita, remaja, dan Lansia di wilayah ini. Semoga sinergi antara masyarakat dan pemerintah terus terjalin untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.